Friday, March 28, 2008
Autunno*
Di tengah-tengah pekerjaan saya, tiba-tiba saya tersenyum kecut. Ada perasaan haru tak menentu dalam hati saya saat pikiran tertuju pada musim panas tahun ini. Rasanya akan saya lalui musim panas dengan perasaan sendirian. Tidak seperti musim panas tahun lalu. Ada banyak ruang yang hilang di musim panas tahun ini; teman, tempat kumpul, kebersamaan, kebahagiaan.

Musim panas tahun lalu mungkin akan menjadi musim panas terbaik selama saya di Mesir dan sulit untuk tidak dikenang. Bersama beberapa kawan ( mereka semua jauh lebih tua dari saya dan saya adalah personel paling muda) saya sering menghabiskan waktu di kafe Anouz di daerah bawwabah III. Ada lebih dari sepuluh orang yang biasanya datang. Syisa, juz buah, kopi, minuman khas cafe Mesir, canda tawa, kelakar, obrolan ringan sampai yang berbobot. Semua tak pernah terlewatkan saat kami berkumpul. Banyak hal berharga yang saya dapati saat masih bersama; persaudaraan, pergaulan, sikap legowo, pola pikir dan tentu saja kedewasaan. Sekarang satu demi satu dari mereka telah kembali ke bumi pertiwi. Yah, mau tidak mau kita harus menyadari bahwa setiap ada pertemuan, perpisahan sudah menanti. Hanya tinggal menunggu waktu.

Dan yang terakhir, beberapa hari lalu. Satu teman saya telah kembali lagi ke bumi Indonesia. Nanang Musha. Seorang yang banyak memberi saya pelajaran dalam menjalani dan memaknai hidup.

Sebelum dia kembali, kami sempat ngobrol di kafe malam itu. Seperti biasa, Syisa selalu menemani. Dan malam itu bersama teh susu (dalam bahasa Arab: syai bil halib).

Selain karena urusan yang harus terselesaikan, mungkin kami sama-sama sadar, tak ada lagi waktu untuk saling bercerita selain malam itu. Banyak cerita yang bergulir dan mengalir. Dan malam itu, dia menyinggung masalah beberapa tahun lalu saat saya ingin pindah sekolah. Satu sisi saya benar-benar tertawa karena itu adalah salah satu kebodohan terbesar yang nyaris saya lakukan (seandainya saya benar-benar pindah sekolah waktu itu). Sisi lainnya, saya sangat berterimakasih pada dia, dan itu harus. Dialah salah satu orang yang menyadarkan saya untuk tidak berbuat bodoh dan pindah sekolah. Seandainya tak ada seorang Nanang, mungkin jejak kaki saya juga tidak akan pernah ada di Mesir ini.

Yah, mungkin keputusan untuk tidak (jadi) pindah sekolah bisa dikatakan hal yang remeh. Tapi setelah saya berpikir dan mengingat apa-apa yang terjadi setelah itu, ternyata banyak hal yang sangat berharga dalam perjalanan yang saya tempuh. Seperti kata dia malam itu: " Ya, kadang keputusan-keputusan kecil itu besar pengaruhnya dalam hidup kita".

Entahlah, saya sendiri tidak tahu apa yang sedang saya rindukan. Tapi saya selalu merasa kehilangan saat ada yang pergi meninggalkan.





nb: judul dalam bahasa Italy berarti musim gugur.
 
posted by elchecago at 4:14 PM | Permalink | 1 comments
Sunday, March 16, 2008
Tentang Nama
Nama dan nama lagi...
Membayang dan selalu bertebaran
Melayang-layang dan selalu beterbangan

Mengiris semua kepastian
Mengikis semua keyakinan

Ah, selalu saja kutepis nama-nama itu
Agar tak lagi ada ragu

Lalu mereka berkata;
"Ah...apalah arti sebuah nama...."
 
posted by elchecago at 3:04 AM | Permalink | 1 comments