Hanya Sunyi
Aku sudah lama tak mendengar kabarmu.
Padahal kau pandang bulan sabit yang sama dengan yang kupandang.
Pada hari yang kau tinggal masih tersisa semua tentangmu.
Tapi angin tak pernah menghantarkan percikan dirimu ke hadapku.
Hanya sesekali kau muncul dalam semu jeratan mimpiku.
Dan aku tak pernah tahu apakah aku pernah terbang mengunjungi kabut mimpimu.
Apa yang sedang kau lakukan sekarang?
Sungguh, aku benar-benar tak tahu.
Aku kehilangan jejak langkahmu
Sejak kau lepaskan semua rasa yang pernah ada di antara kita.
Siapakah sekarang yang merajut tetesan mimpi bersamamu?
Untaian masa kita sudah pudar.
Hanya tertinggal serpihan-serpihan jiwa yang terserak.
Terbelenggu dalam sepi dan sunyinya hati yang menyiksa.
Tapi aku rindu.
aku jika masih saja mengalamatkan rindu padamu?
Saat tak ada lagi detik yang kau lewatkan untuk mengingatku.
Saat tak ada lagi sisa diriku yang terpatri dalam hidupmu.
semua tentang kita telah usai.
Bahkan hanya sekedar namaku pun kau lupakan.
Hanya sunyi itu yang kau tawarkan padaku.
Tanpa imbalan apapun.
Kau lontarkan kesunyian ketika kupersembahkan rinduku.
Kesunyian yang terus saja menyiksa rasaku.
Rinduku sunyi.
Tapi tetap saja aku merindumu.
Sudahlah....
Tak peduli aku berteriak sekuat tenaga kau tak akan mendengarku.
Kau lebih memilih sunyi untuk menggantikan jerit hatiku.
Sunyi yang kian berbalu sepi.