Miris. Hanya itu yang terbersit dalam benak saya ketika membaca berita-berita yang beredar di internet pasca pemilu. Bagaimana tidak miris, hampir semua berita berisi tentang caleg yang stres gara-gara gagal duduk di kursi (panas) legislatif..!! Benar-benar memalukan dan memilukan.
Mereka yang berkoar-koar waktu kampanye akan menyuarakan hati rakyat jika duduk di legislatif, membela rakyat kecil, memperjuangkan hak-hak rakyat, ternyata setelah gagal justru menjadi stres dan gila. Sungguh memalukan, memilukan dan patut dipertanyakan.
Saya hanya berpikir sederhana; andaikata mereka benar-benar ingin menjadi wakil rakyat dengan tulus, ikhlas dan benar-benar demi rakyat, maka saya yakin mereka tidak akan stres ketika gagal. Mereka tidak akan gila ketika rakyat tidak ada yang percaya pada mereka (baca: tidak memilih). Bukankah tidak memiliki suara dan gagal duduk di legislatif itu artinya mereka tidak dipercaya rakyat?. Untuk apa mereka stres dan gila kalau memang rakyat tidak ada yang percaya?.
Saya yakin, bahwa mereka yang stres dan gila ketika gagal menjadi legislatif adalah orang-orang yang memang tidak pantas menjadi wakil rakyat. Mereka hanya ingin (minimal) mengembalikan dana kampanye yang telah mereka keluarkan dari gaji sebagai legislatif dengan berkedok menyuarakan aspirasi rakya kecil. Mereka hanya orang yang mementingkan diri sendiri dengan berkedok menjadi wakil rakyat..!! Jika saya katakan dengan nada geram, maka mereka-mereka itu hanyalah BANGSAT..!!! Pengkhianat rakyat yang pantas dilaknat...
Saya kemudian berpikir; mungkinkah memilih untuk tidak memilih (baca: golput) pada akhirnya menjadi pilihan bagi mereka-mereka yang tidak mengenali (calon) wakil rakyat tersebut demi menghindari kesalahan dalam memilih wakil rakyat?
Sekarang saya hanya berdoa, semoga mereka yang terpilih adalah orang-orang yang memang pantas menjadi wakil rakyat dan benar-benar berkerja untuk rakyat. Amin...
Mereka yang berkoar-koar waktu kampanye akan menyuarakan hati rakyat jika duduk di legislatif, membela rakyat kecil, memperjuangkan hak-hak rakyat, ternyata setelah gagal justru menjadi stres dan gila. Sungguh memalukan, memilukan dan patut dipertanyakan.
Saya hanya berpikir sederhana; andaikata mereka benar-benar ingin menjadi wakil rakyat dengan tulus, ikhlas dan benar-benar demi rakyat, maka saya yakin mereka tidak akan stres ketika gagal. Mereka tidak akan gila ketika rakyat tidak ada yang percaya pada mereka (baca: tidak memilih). Bukankah tidak memiliki suara dan gagal duduk di legislatif itu artinya mereka tidak dipercaya rakyat?. Untuk apa mereka stres dan gila kalau memang rakyat tidak ada yang percaya?.
Saya yakin, bahwa mereka yang stres dan gila ketika gagal menjadi legislatif adalah orang-orang yang memang tidak pantas menjadi wakil rakyat. Mereka hanya ingin (minimal) mengembalikan dana kampanye yang telah mereka keluarkan dari gaji sebagai legislatif dengan berkedok menyuarakan aspirasi rakya kecil. Mereka hanya orang yang mementingkan diri sendiri dengan berkedok menjadi wakil rakyat..!! Jika saya katakan dengan nada geram, maka mereka-mereka itu hanyalah BANGSAT..!!! Pengkhianat rakyat yang pantas dilaknat...
Saya kemudian berpikir; mungkinkah memilih untuk tidak memilih (baca: golput) pada akhirnya menjadi pilihan bagi mereka-mereka yang tidak mengenali (calon) wakil rakyat tersebut demi menghindari kesalahan dalam memilih wakil rakyat?
Sekarang saya hanya berdoa, semoga mereka yang terpilih adalah orang-orang yang memang pantas menjadi wakil rakyat dan benar-benar berkerja untuk rakyat. Amin...
wah itulah resiko demokrasi bung, yang pintar seringakali kalah sama yang popular...
semua tergantung elektabilitas masing2 caleg, jadi kalo dirasa rendah, mdg jgn2 brani2 nyaleg, hahahaha..
main2 ke blogq lah bro...