Puasa, sebagaimana yang saya ketahui sejak kecil, merupakan bulan di mana orang-orang berlomba-lomba meningkatkan kebaikan dan amal ibadahnya. Di mana-mana seperti itu yang saya dapati; di rumah, sekolah, sampai ke Mesir ini. Di rumah adalah tempat yang paling mencolok tentang perubahan tersebut; kalau biasanya keluarga hanya tadarus Al Qur'an sehabis maghrib, maka ketika puasa setelah sholat lima waktu semuanya bertadarus ria.
Ya, bagi saya, silahkan saja berlomba-lomba meningkatkan ibadah kepada-Nya. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja saya ingatkan, jangan lupakan bahwa kita hidup di dunia, jadi jangan sekali-kali melupakan urusan dunia kita. Tidak, saya tidak menyuruh anda mementingkan urusan dunia, hanya saya mengingatkan jangan melupakan urusan dunia.
Sekedar berbagi pengalaman saja dengan apa yang saya alami kurang dari seminggu ini. Dua hari lalu, hari minggu kemarin, teman saya kehilangan HP di sekretariat KSW dan pelakunya orang Mesir. Waktu itu kebetulan saya tidak ada di sekretariat, saya datang ke sana setelah Isya. Ketika saya datang, teman saya sedang berbicara dengan nada tinggi di Hp dan memakai bahasa Arab. Saya langsung berpikir kalau ada orang Mesir iseng dan teman saya marah-marah. Saya tanya, ternyata dia kehilangan Hp yang baru beberapa bulan dia beli. Lalu saya tanya kronologinya seperti apa. Dia bilang;
Waktu menjelang maghrib, yang ada di sekretarit dua orang; Munir dan Amar. Lalu ada orang Mesir datang mencari seseorang. Munir katakan yang dicari tidak ada. Lalu, dia katakan belum berbuka dan Munir ke dapur mengambil air putih seperti yang diminta. Ketika ke depan, ternyata orang Mesir sudah ada di dalam sekretariat, di depan meja sekretariat. Waktu itu Amar sedang mere-charge Hp di depan kamar dan dia duduk di kursi yang ada beberapa meter di depan meja sambil membaca Al Qur'an dengan khusyu' sampai-sampai tidak menyadari kedatangan orang Mesir di dalam sekretariat. Tidak ada yang curiga dengan keadaan tersebut, semua berjalan normal. Setelah tarawih pun, Amar masih belum curiga kalau Hp dia hilang dicuri orang yang datang karena ketika dimiscall masih masuk. Mungkin dibawa Munir, pikirnya. Ketika Munir datang, ternyata Hp tidak dia bawa. Baru setelah itu dia menyadari kalau Hpnya telah raib ketika dia seang membaca Al Qur'an sewaktu maghrib tadi.
Kejadian kedua, baru terjadi semalam. Waktu itu aula dipakai untuk silaturrahmi. Yang datang rata-rata berkeluarga. Banyak yang sudah mempunyai anak. Dan rata-rata anak kecil, mereka pasti merasa bosan kalau harus mengikuti ritual acara orang tua; mereka lebih senang bermain dan berlarian. Saat acara hampir selesai, terdengar ada sedikit keributan, tepatnay kepanikan. Setelah saya tanya, ternyata ada salah satu anak yang berusia 3,6 tahun tidak ada di aula...!!! Lalu saya coba mencari di area penginapan, hasilnya nihil. Saya ke atas, ke lantai sebelas lewat lift dan turun menyusuri tangga, hasilnya nihil juga. Dicari di sekitar gedung juga nihil, semua panik. Lalu salah satu yang datang di acara menyerahkan foto anak tersebut, lalu kami print dan akan sebarkan ke orang-orang Mesir. Begitu salah satu dari peserta acara keluar membawa print tersebut, ternyata ada kabar gembira dan melegakan; anak 'hilang' tersebut ditemukan. Ternyata dia ikut bus jemputan KBRI yang holat tarawih di masjid SIC...!!!. Alhamdulillah, anak tersebut tidak hilang.
Lalu, apa benang merah yang ingin saya simpulkan dari kedua kasus tersebut...? Mungkin anda sendiri sudah punya jawabannya. Ya, saya hanya ingin katakan, silahkan anda beribadah, tapi jangan lupakan bahwa anda hidup di dunia. Tidak mungkin anda dapat melepaskan urusan dunia begtu saja. Ketika teman saya yang sedang membaca Al Qur'an dengan khusyu', jelas dia tidak salah. Tapi lagi-lagi, kita hidup di dunia. Ketika dia tidak memperhatikan orang Mesir yang nyelonong masuk ke sekretariat, ternyata berakibat hilangnya Hp dia.
Lalu pada kasus kedua, siapa yang akan menyalahkan silaturrahim...?? Saya katakan tidak ada. Tapi, ketika orang yang silaturrahim tadi tiadk memperhatikan gerak-gerik anaknya, ke mana dia berlarian, hasilnya adalah sebuah kepanikan. Orang tua mana yang tidak panik mengetahui keberadaan anaknya tidak diketahui oleh orang-orang yang ada pada saat itu...?. Lagi-lagi saya hanya ingin katakan; silahkan berlomba-lomba dalam kebaikan akhirat, tapi jangan sekali-kali melupakan dunia sepenuhnya.
Saya hanya sekedar berbagi pengalaman saja, semoga ada pelajaran yang bisa kita petik sama-sama. Mohon diingat; ini hanya sebagian kecil kejadian yang saya alami, jangan dipukul rata.
Ya, bagi saya, silahkan saja berlomba-lomba meningkatkan ibadah kepada-Nya. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja saya ingatkan, jangan lupakan bahwa kita hidup di dunia, jadi jangan sekali-kali melupakan urusan dunia kita. Tidak, saya tidak menyuruh anda mementingkan urusan dunia, hanya saya mengingatkan jangan melupakan urusan dunia.
Sekedar berbagi pengalaman saja dengan apa yang saya alami kurang dari seminggu ini. Dua hari lalu, hari minggu kemarin, teman saya kehilangan HP di sekretariat KSW dan pelakunya orang Mesir. Waktu itu kebetulan saya tidak ada di sekretariat, saya datang ke sana setelah Isya. Ketika saya datang, teman saya sedang berbicara dengan nada tinggi di Hp dan memakai bahasa Arab. Saya langsung berpikir kalau ada orang Mesir iseng dan teman saya marah-marah. Saya tanya, ternyata dia kehilangan Hp yang baru beberapa bulan dia beli. Lalu saya tanya kronologinya seperti apa. Dia bilang;
Waktu menjelang maghrib, yang ada di sekretarit dua orang; Munir dan Amar. Lalu ada orang Mesir datang mencari seseorang. Munir katakan yang dicari tidak ada. Lalu, dia katakan belum berbuka dan Munir ke dapur mengambil air putih seperti yang diminta. Ketika ke depan, ternyata orang Mesir sudah ada di dalam sekretariat, di depan meja sekretariat. Waktu itu Amar sedang mere-charge Hp di depan kamar dan dia duduk di kursi yang ada beberapa meter di depan meja sambil membaca Al Qur'an dengan khusyu' sampai-sampai tidak menyadari kedatangan orang Mesir di dalam sekretariat. Tidak ada yang curiga dengan keadaan tersebut, semua berjalan normal. Setelah tarawih pun, Amar masih belum curiga kalau Hp dia hilang dicuri orang yang datang karena ketika dimiscall masih masuk. Mungkin dibawa Munir, pikirnya. Ketika Munir datang, ternyata Hp tidak dia bawa. Baru setelah itu dia menyadari kalau Hpnya telah raib ketika dia seang membaca Al Qur'an sewaktu maghrib tadi.
Kejadian kedua, baru terjadi semalam. Waktu itu aula dipakai untuk silaturrahmi. Yang datang rata-rata berkeluarga. Banyak yang sudah mempunyai anak. Dan rata-rata anak kecil, mereka pasti merasa bosan kalau harus mengikuti ritual acara orang tua; mereka lebih senang bermain dan berlarian. Saat acara hampir selesai, terdengar ada sedikit keributan, tepatnay kepanikan. Setelah saya tanya, ternyata ada salah satu anak yang berusia 3,6 tahun tidak ada di aula...!!! Lalu saya coba mencari di area penginapan, hasilnya nihil. Saya ke atas, ke lantai sebelas lewat lift dan turun menyusuri tangga, hasilnya nihil juga. Dicari di sekitar gedung juga nihil, semua panik. Lalu salah satu yang datang di acara menyerahkan foto anak tersebut, lalu kami print dan akan sebarkan ke orang-orang Mesir. Begitu salah satu dari peserta acara keluar membawa print tersebut, ternyata ada kabar gembira dan melegakan; anak 'hilang' tersebut ditemukan. Ternyata dia ikut bus jemputan KBRI yang holat tarawih di masjid SIC...!!!. Alhamdulillah, anak tersebut tidak hilang.
Lalu, apa benang merah yang ingin saya simpulkan dari kedua kasus tersebut...? Mungkin anda sendiri sudah punya jawabannya. Ya, saya hanya ingin katakan, silahkan anda beribadah, tapi jangan lupakan bahwa anda hidup di dunia. Tidak mungkin anda dapat melepaskan urusan dunia begtu saja. Ketika teman saya yang sedang membaca Al Qur'an dengan khusyu', jelas dia tidak salah. Tapi lagi-lagi, kita hidup di dunia. Ketika dia tidak memperhatikan orang Mesir yang nyelonong masuk ke sekretariat, ternyata berakibat hilangnya Hp dia.
Lalu pada kasus kedua, siapa yang akan menyalahkan silaturrahim...?? Saya katakan tidak ada. Tapi, ketika orang yang silaturrahim tadi tiadk memperhatikan gerak-gerik anaknya, ke mana dia berlarian, hasilnya adalah sebuah kepanikan. Orang tua mana yang tidak panik mengetahui keberadaan anaknya tidak diketahui oleh orang-orang yang ada pada saat itu...?. Lagi-lagi saya hanya ingin katakan; silahkan berlomba-lomba dalam kebaikan akhirat, tapi jangan sekali-kali melupakan dunia sepenuhnya.
Saya hanya sekedar berbagi pengalaman saja, semoga ada pelajaran yang bisa kita petik sama-sama. Mohon diingat; ini hanya sebagian kecil kejadian yang saya alami, jangan dipukul rata.
Kupungut pundi-pundi memori yang tercecer di pikiran dan hati. Kupaksa tunduk meriam ego dari hijaunya rumput-rumput ambisi. Berteriakku pada hening lembayung jiwa yang tak kunjung bertepi. Bergelayutku pada curamnya rongga-rongga hakiki. Tiba-tiba diam terjatuh pada tumpulnya duri angka-angka binari. Kuyupku oleh kumpulan bilangan nol dan satu yang berganti-ganti. Mereka meminta verifikasi data pribadi yang terenkripsi dalam mimpi. Tapi terganjal oleh tebalnya sandi dalam hitungan sanubari. Apakah ini cuma emosi dalam wujud simpati? Bukankah ini cuma malam bertopeng hari? Tidakkah mereka bisa merubah alegori imaji? Sadarkah bahwa bumi cuma sugesti? Oh keinginan yang tak kunjung berhenti. Istirahatlah kau dalam pelukan bulan suci tahun ini. Biarkanlah aku, dia, dan kami semua, berperisai dalam janji. Berkepompong erat hingga bisa berpendar kembali.