Saturday, July 19, 2008
Impian;
sebuah alasan bertahan hidup
Beberapa waktu lalu, saya kembali membuka-buka Sang Alkemis (terjemahan dari The Alchemist karangan Paulo Coelho). Sebenarnya saya sudah selesai membacanya hampir satu tahun lalu begitu buku itu datang dari Indonesia. Sama sekali saya tidak ada niat untuk membaca ulang novel yang bercerita tentang perjalanan Santiago, si anak gembala yang mencari mimpinya.

Niat untuk tidak membaca tadi hilang ketika tanpa sengaja saya membuka halaman di mana terjadi percakapan antara pemilik toko kristal dengan si anak gembala. Si anak yang bermimpi untuk menemukan harta karun yang berada di Piramida-piramida itu pada suatu pagi bertanya pada si pemilik kedai kristal. Ketika si anak betanya pada pemilik kedai apakah dia pernah punya mimpi atau tidak, pemilik kedai mengatakan bahwa dia pernah punya impian untuk pergi mengunjungi Baitullah; haji. Dia selalu membayangkan bahwa dia mengitari Ka'bah tujuh kali, berlari-lari antara Shofa dan Marwa, menghadap Sang Pencipta di depan rumah-Nya. Mimpi itulah yang selama ini membuatnya bertahan hidup; mengumpulkan bekal untuk pergi ke sana dengan menjual kristal-kristal pada saudagar-saudagar yang lewat di depan tokonya. Ketika dia sadar bahwa mimpi-mimpi itulah yang membuatnya bertahan hidup, dia memutuskan untuk tidak mewujudkan impian yang sejak lama berada dibenaknya itu. Dia begitu takut apabila mimpinya itu telah terwujud, maka dia tidak akan lagi mempunyai alasan untuk bertahan hidup.

Ya, mimpi sebagai alasan hidup seseorang. Mungkin satu hal yang naif, tapi begitulah kenyataan yang terkadang menghampiri kita. Kita selalu bahagia ketika punya mimpi-mimpi yang selalu menyelimuti kita, membuat kita , setidaknya, memiliki alasan untuk terus menatap hari esok. Untuk terus hidup.

Saya hanya ingin mengingatkan, seindah apapun mimpi itu, dia tetaplah mimpi. Tidak, saya tidak menyuruh anda berhenti untuk bermimpi ataupun melarangnya. Saya sendiri masih punya banyak mimpi yang ingin saya wujudkan, meski mimpi yang menjadi alasan saya bertahan selama ini sedikit demi sedikit mulai kabur, mulai menghilang. Kita hidup pada alam nyata dan seperti apapun impian kita, seindah apapun ia dan sebesar apapun ia membahagiakan kita, tapi kita hidup pada dunia nyata yang tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita ingini. Kita tidak hidup pada dunia maya.

Sekarang anda sendiri yang bisa memilih; mewujudkan mimpi-mimpi membuat anda bertahan hidup selama ini atau membiarkan mimpi itu tetap menjadi mimpi...?!






nb: Semoga kamu mengerti bahwa ada alasan mengapa kamulah mimpiku, meski kamu mengatakan; mimpi jangan terlalu dipupuk karena kita hidup pada dunia nyata. Terimakasih untuk semua itu.
 
posted by elchecago at 4:16 AM | Permalink |


0 Comments: