Manusia itu takkan pernah lepas dari sejarah yang telah ia lewati. Begitulah kira-kira bunyi salah satu kalimat di sebuah novel yang aku baca beberapa waktu lalu. Yah...sejarah, hari-hari yang telah kita tinggal pergi. Meninggalkan kenang yang masih membayang meski kian usang dan makin menghilang.
Tentu saja apa yang kita jalani dan menjadi bagian sejarah bukanlah masa yang sementara dan bukanlah hal yang mudah. Kita datang ke sebuah persinggahan, membawa asa dan cita masing-masing. Semua orang membawa idealismenya sendiri-sendiri. Dan tentu saja; ego. Satu hal yang hingga kini aku rasa masih saja ada. Meski kita coba untuk menguburnya dalam-dalam, namun ia masih saja bergerak bergejolak, memberontak menjadi riak-riak. Entah kelak...
Entah sudah berapa lama kita saling membagi asa demi sebuah cita. Jika mau dikatakan baru saja, mungkin saja iya. Rasanya kita baru bertemu kemaren sore dan sama-sama singgah untuk kemudian melanjutkan perjalanan masing-masing di pagi harinya. Jalan yang telah kita pilih tentunya. Jika mau dikatakan lama, aku pun mengamininya. Sudah beberapa tahun rasanya kita berjalan beriring bersama. Dan beberapa tahun bukanlah masa yang sementara. Hanya saja kita biarkan dia berlalu begitu saja tanpa kita beri makna dan tak ada arti yang tertuang dalam sebuah masa. Dia pun meninggalkan kita, meninggalkan jejak yang (mungkin) belum terhapus.
Mungkin saja sejarah yang pernah kita lewati bukanlah hal yang pantas untuk dikenang. Terlalu banyak goresan tinta luka saat masih berusaha untuk bersenyawa, menyatukan asa saat mencoba wujudkan cita. Antara kita terlalu banyak menggores perih saat darah saling mendidih. Entah apa sudah terobati atau belum saat ini, aku tidak tahu. Meski kita saling mengurai senyum dan melambaikan tangan saat merasa takkan ada lagi sebuah titik temu di esok hari yang kian tak pasti, tapi aku masih saja belum bisa membacamu seutuhnya.
Tapi bagiku, semua tentang sejarah itu berharga. Tawa, canda, suka, duka, bahagia dan apa saja yang telah ada membuat aku merasa ada. Meski aku tak yakin semua itu membuat kita makin dewasa seiring usia yang makin senja. Tapi setidaknya, kebersamaan mengajariku banyak hal. Satu hal yang masih terekam jelas; untuk tidak mudah menyerah. Seperti waktu aku ingin menyerah saat langkah lelah dan asa tak lagi ada. Kamu datang padaku saat senja merah merona. Kamu katakan saat ini bukanlah waktu untuk menyerah. "
Untukku, untuk kami, dan untuk mereka yang ada di sekelilingmu...". Kamu bilang. Dan sejak saat itu sampai saat inipun aku sadar benar; menyerah itu salah.
Yah...sejarah. Meski tak selalu indah dan banyak menggores perih, namun semua itu patut dikenang dan dihargai....Sebuah harga yang tak ternilai tentunya. Dan jalan yang masih panjang membentang harus kita jalani dan kita hadapi; jangan menyerah hari ini.