Beberapa waktu lalu, ku katakan padamu bahwa aku akan menutup pintu itu untuk sementara waktu. Aku sendiri tidak membatasi kata 'sementara' itu sampai berapa jam, berapa hari, berapa minggu, berapa bulan atau bahkan barapa tahun. Aku hanya ingin menutupnya.Ya, untuk sementara tutup buku namun bukan berarti tidak akan membukanya kembali.
Benar katamu, memang aku membutuhkan kesendirian untuk sementara waktu, berdiam di ruang yang selama ini ku buka lebar-lebar untuk siapa saja. Aku butuh sebuah kesendirian untuk sekedar melihat langkah-langkah yang ku tinggalkan, mengoreksi jejak-jejak kesalahan masa lalu yang tak mungkin untuk ku hapuskan dari ingatan. Bukan, bukan untuk bernostalgia dengan masa lalu, tapi untuk mengingatkanku agar kesalahan serupa tak lagi terulang.
Setelah beberapa waktu, saat aku merasa siap, aku putuskan untuk kembali membuka pintu itu, untuk siapa saja. Aku tak ingin terlalu lama berada di ruangan itu sendirian, tak berkawan., karena itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku membukanya lebar-lebar untuk siapa saja, untukmu, untuknya dan mungkin untuk orang-orang yang belum pernah ku temui sekalipun. Namun jangan kau kira aku akan menjamu kehadiranmu dan kehadiraan mereka dengan jamuan mewah; daging berlimpah, anggur mewah, buah-buahan segar serta sajian-sajian yang biasa kau temukan dalam istanamu. Maaf saja jika satu ketika kau datang dan melewati pintu itu, aku hanya akan menyajikan sebuah kesederhanaan. Kesederhanaan yang ingin ku ciptakan dan ku ajarkan kepada mereka yang mencoba memasuki pintu itu. Ya, pintu itu kini terbuka dengan lebar...maka masuklah dengan sebuah kesederhanaan.
Benar katamu, memang aku membutuhkan kesendirian untuk sementara waktu, berdiam di ruang yang selama ini ku buka lebar-lebar untuk siapa saja. Aku butuh sebuah kesendirian untuk sekedar melihat langkah-langkah yang ku tinggalkan, mengoreksi jejak-jejak kesalahan masa lalu yang tak mungkin untuk ku hapuskan dari ingatan. Bukan, bukan untuk bernostalgia dengan masa lalu, tapi untuk mengingatkanku agar kesalahan serupa tak lagi terulang.
Setelah beberapa waktu, saat aku merasa siap, aku putuskan untuk kembali membuka pintu itu, untuk siapa saja. Aku tak ingin terlalu lama berada di ruangan itu sendirian, tak berkawan., karena itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku membukanya lebar-lebar untuk siapa saja, untukmu, untuknya dan mungkin untuk orang-orang yang belum pernah ku temui sekalipun. Namun jangan kau kira aku akan menjamu kehadiranmu dan kehadiraan mereka dengan jamuan mewah; daging berlimpah, anggur mewah, buah-buahan segar serta sajian-sajian yang biasa kau temukan dalam istanamu. Maaf saja jika satu ketika kau datang dan melewati pintu itu, aku hanya akan menyajikan sebuah kesederhanaan. Kesederhanaan yang ingin ku ciptakan dan ku ajarkan kepada mereka yang mencoba memasuki pintu itu. Ya, pintu itu kini terbuka dengan lebar...maka masuklah dengan sebuah kesederhanaan.