Selalu ada hal baru yang bisa kita temukan saat kita mau keluar rumah. Setidaknya itulah yang saya dapati ketika saya, beberapa hari yang lalu pergi ke H 10 setelah selama dua hari berada di rumah. Selain karena pada esok harinya saya harus piket, saya memang sedang ingin keluar rumah.
Sebenarnya keadaan mata saya masih payah; begadang semalaman dan tidur sehabis subuh saat matahari terbit, lalu bangun jam sembilan. Setelah cuci muka, saya bersiap-siap. Memasukkan beberapa barang ke dalam tas; pulpen, buku tulis, notebook dan satu buku diktat. Lalu minum segelas air putih dan keluar menuju halte.
Hampir satu jam lamanya saya menunggu bus di halte. Saya inginnya naik bus yang langsung menuju H 10. Malas rasanya kalo harus pindah-pindah bus. Tapi apa mau dikata, setelah satu jam lebih, bus yang ditunggu belum kelihatan juga. Akhirnya saya naik bus tujuan el Marg yang lewat Zahro. ''Yah, nanti oper dari Zahro'', pikir saya.
Masih ada banyak kursi kosong di dalam bus saat saya naik. Saya ulurkan uang 75 piaster, lalu memilih duduk di kursi paling belakang dan di pojok. Dalam pikiran terbersit harapan untuk bisa sedikit melanjutkan tidur. Itulah alasan mengapa memilih kursi paling belakang dan di pojok. Tapi, ternyata perkiraan meleset; saya tidak bisa tidur, bahkan mengantuk saja tidak.
Sekitar duapuluh menit perjalanan, akhirnya bus hampir sampai di Zahro. Saya jadi khawatir saat itu karena merasa mengantuk sekali. Saya teringat kejadian beberapa tahun lalu saat tertidur di bus sewaktu ingin kembali ke asrama. Waktu itu tepat di bulan puasa dan sudah libur. Seharusnya saya pulang sehari sebelumnya, tapi saya urungkan karena ingin jalan-jalan dulu di Solo.
Hari itu, setelah jalan-jalan seharian dan merasa kelelahan, saya kembali dari Kartasura ke asrama naik bus yang tentu saja bertulisankan Jalur X. Itulah satu-satunya bus jurusn Kartasura - Palur yang lewat depan asrama. Hanya beberapa menit sebelum sampai tujuan, saya terkantuk berat, tertidur, dan saat terbangun saya menyadari sedang berada di daerah yang tidak saya kenali sama sekali.
Saya masih terkantuk-kantuk saat turun dan saya dapati tulisan "Jebres" di pinggir jalan. ''Oh, Jebres'', batin saya. Saya jadi sadar saya kebablasan saat itu. Lalu dari arah berlawanan ada bus yang warnanya sama dengan yang saya naiki tadi. Tanpa pikir panjang saya langsung naik dan membayar ongkosnya. Di jalanan itu sedang ada perbaikan, agak macet, banyak traktor dan tentu saja penuh debu berterbangan. Saya tidak sadar kalau (saya) akan kesasar (lagi). Ya, mungkin ketidaktahuan saya yang membuat saya tidak sadar sama sekali. Seperempat jam perjalanan, tiba-tiba bus berenti dan si sopir berkata: "mas, niki sampun akhir..." ( Mas, ini sudah akhir). Tanpa pikir panjang ( karena masih bingung dan ngantuk) saya pun turun. Bus memutar dan pergi; saya sendirian di daerah yang asing dan sama sekali. Lalu saya berjalan beberapa meter ke arah pos tukang ojek dan menanyakan tempat itu. Dari jawaban mereka saya baru tahu kalau ternyata saya kesasar.
Bodohnya, saya menyusuri jalanan itu jalan kaki dan tidak menunggu bus selanjutnya. Ternyata, jalan yang saya telusuri cukup jauh, sekitar 4 kilometer; panas, berdebu, bising traktor, asap kendaraan dan debu berterbangan. Meski kepayahan dan kelelahan, akhirnya saya sampai juga di tempat pertama saya turun dari bus jalur X tadi dan menunggu bus yang lewat depan asrama yang lain datang.
Itulah sebenarnya yang membuat saya berpikir dua kali untuk tertidur pulas di bus. Saya tidak mau kejadian kebablasan dan kesasar di tempat asing terulang lagi. Itu pula yang membuat saya berusaha keras untuk tidak tertidur saat bus hampir sampai di Zahro. Saya ga mau kebablasan dan kesasar ke al Marg; ke daerah yang tidak saya kenali untuk kesekian kali.
Dalam sebuah perjalanan atau saat berpergian, entah di bus, kereta atau kendaraan lainnya, karena berbagai hal; capek, ngantuk, penat, bosan atau justru terlalu menikmati perjalanan, sering kali membuat kita terlena. Akhirnya akan kita alami satu hal yang bernama kebablasan ke tampat asing yang sama sekali tidak kita kenali dan tidak sampai pada tujuan semula.
Pun dalam perjalanan yang bernama kehidupan ini; dengan aktivitas beragam, kesibukan di sana-sini, terlalu asik dengan keseharian, dan masih banyak hal yang sering kali membuat kita terlena, melupakan alasan kita melakukan perjalanan yang tidak pendek dan tidak sebentar ini. Dan pada akhirnya, kita pun akan melupakan tujuan hidup yang kita cari.
Ah, saya masih terus berdoa dan berharap bisa mendapatkan kembali alasan ( setidaknya itu) mengapa saya berada di sini, lalu mendapatan apa yang saya ingini dan saya cari pertama kali dulu mengijakkan kaki di negeri para nabi ini.
mmm.. (sebelumnya ini usaha ketiga kalinya buat komen disini, setelah gagal dua kali..heu heu heu)
sama... sering juga waktu kuliah dul, kalo naik angkutan umum pasti ketiduran dan bangu-bangun udah kelewatan jauh dari tempat yang harusnya turun :(
akhirnya mutusin mending pake bis, yang naik diujung yang satu dan turun diujung yang lain.. :)