Malam, selalu saja begini; membuat saya sulit untuk memejamkan mata. Apalagi di musim panas seperti ini. Ah, sebenarnya saya bingung ini musim panas atau musim dingin. Beberapa malam ini masih begitu dingin sementara siang hari panas sekali. Musim semi...? Ah, entahlah. Udara tidak cukup sejuk untuk dikatakan musim semi. Yang jelas saya hampir selalu terjaga dan hidup seperti drakula; terjaga di malam hari dan lelap saat mentari muncul. Yah, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir.
Malam ini, saya tidur selepas maghrib dan bangun jam sebelas malam, lalu terjaga sampai saat saat ini; menjelang subuh. Di luar udara cukup dingin, angin yang berhembus juga cukup kencang, tapi saya tetap keluar dan menghabiskan waktu di balkon flat.
Saya jadi teringat, seminggu belakangan ini beberapa kawan sedang menghadapi banyak masalah. Ada satu dua yang bercerita pada saya, ada juga yang hanya sebatas perkiraan belaka. Ya, dari kebiasaan mereka belakangan yang keluar dari koridor 'biasanya' membuat saya berasumsi mereka sedang ada masalah, meski saya tidak tahu pasti. Bukan hanya mereka, saya sendiri juga merasa banyak sekali yang datang dan pergi belakangan ini. Datang dan pergi silih berganti, bahkan menumpuk.
Sebagai makhluk sosial yang mau tidak mau harus berinteraksi dengan dunia luar. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dibenturkan pada satu hal yang bernama masalah. Baik yang besar, kecil, yang menyangkut diri sendiri dan tidak ada keterkaitan dengan orang lain, ataupun masalah yang seringkali membuat kita harus berbenturan dengan orang lain; rekan kerja, teman, pacar, keluarga, kakak, adik, bahkan orang tua.
Perbedaan persepsi dan pola pikir kerap kali menghadirkan satu ketegangan satu individu dengan individu yang lain. Hati nurani setiap orang pasti mengatakan bahwa sebaiknya dan sebisanya kita menghindari apa yang biasa di sebut perselisihanyang pada nantinya berakibat buruk pada satu hubungan sosial. Satu contoh kasus misalnya; seorang aparat penegak hukum tentunya dituntut untuk menegakkan hukum yang berlaku di masyarakat. Dan pada satu saat, terkadang ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa yang melanggar hukum adalah orang yang ia kenali, keluarga misalnya. Dalam hati dia bisa saja ingin menjaga hubungan baik dan keharmonisan dengan si pelanggar hukum itu, namun ada sisi lain di mana hukum ditegakkan. Dan sebagaimana pepatah mengatakan; "Sepandai-pandai tupai melompat pasti jatuh juga", pada akhirnya sepandai-pandai kita menghidari benturan dengan orang lain, di satu saat benturan itu harus terjadi juga. Dan bagi saya itu tidak masalah. Ada skala prioritas di mana hukum memang harus benar-benar ditegakkan.
Masalah-masalah yang ada seringkali datang bertubi-tubi. Satu datang dan belum sempat terselesaikan, datang lagi masalah yang lain. Sampai pada akhirnya menumpuk dan menumpuk. Dan masalah yang kompleks biasanya membuat orang mudah stres, mudah menyerah, patah semangat karena merasa tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bukan hal mudah memang menyelesaikan sesuatu menumpuk dan seperti benang kusut. Tapi tetap saja, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menghadapinya. Satu persatu kita urai hingga semua selesai. "
Daripada mengurai benang terlalu lama, lebih baik membeli benang baru", itu pendapat seorang kawan. Ah, tidak. Itu menurut saya. Membeli benang baru sama saja berlari dan bersembunyi dari apa yang kita hadapi. Jangan sekali-kali berlari atau bersembunyi. Lari dan sembunyi dari satu masalah jelas membuat semuanya tidak akan pernah selesai sampai kapan pun, bahkan akan terus membayangi kita sepanjang hidup. Siapa yang menjamin bahwa masalah-masalah yang belum terselesaikan dan kita tinggal pergi itu tidak akan datang di masa mendatang...? Tidak ada yang bisa menjamin bukan...?. Dalam menyelesaikan masalah ada satu proses pendewasaan, di mana kita dituntut untuk berpikir. Paling tidak ada tuntutan berpikir bagaimana menghdapinya tentu saja. Dan seandainya ada masalah yang sama kita temukan di masa mendatang, setidaknya kita punya pengalaman bagaimana menyelesaikannya.
Itulah mengapa saya berani mengatakan bahwa hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam menghadapi satu masalah adalah menghadapinya; bukan berlari dan tidak juga bersembunyi.